Budaya Bacson-Hoabinh
Pada zaman
pra sejarah daerah kawasan Asia Tenggara merupakan satu kesatuan daerah
kebudayaan, yaitu jenis kebudayaan batu muda (Neolitikum) dengan pusatnya di
Bacson dan Hoa-Bihn, dan jenis kebudayaan perunggu dengan pusat di Dong son.
Kecuali hasil kebudayaan, banyak pula ditemukan
tulang-belulang manusia. Ternyata bahwa pada waktu itu Tonkin didiami terutama
oleh dua golongan bangsa, yakni jenis ras Papua Melanesoid dan jenis ras
Europaeid. Disamping itu, ada pula ras Mongoloid dan Austroloid. Ras Papua
Melanesoid ini mempunyai penyebaran yang paling luas di daerah selatan, yakni
di Hindia Belakang, Nusantara, sampai di pulau-pulau Lautan Teduh. Bangsa
inilah yang berkebudayaan alat-alat Mesolitikum yang belum diasah (pebbles), sedangkan kecakapan mengasah
(proto-neolitikum) rupa-rupanya hasil pengaruh dari ras Mongoloid yang sudah
lebih tinggi dari peradabannya.
Sejalan dengan pesebaran ras
Melanesoid ke wilayah selatan, maka kebudayaan neolith ini pun terbawa pula
sehingga sisa alat-alat ini banyak ditemukan di Kepulauan Nusantara, Fillipina,
Formusa, Melanesia, Micronesia dan kepulauan-kepulauan di lautan teduh.
Demikian juga kebudayaan perunggu dari Dongson, sisa-sisanya pun yang berupa:
nekara, bejana perunggu, kapan corong, moko dan sebagainya banyak dijumpai di
Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Oleh para ahli pra sejarah disebut Kebudayaan
Dongson karena penemu pertama kali kebudayaan tersebut ialah Dong Son, yakni di
Annam Utara, Indo Cina.
Mengenai umur
kebudayaan Dongson , semula Victor Goloubew (penyidik pertama) berpendapat
bahwa kebudayaan perunggu itu berkembang sejak abad pertama SM. Pendapatnya
berdasarkan atas penemuan berbagai mata uang Tionghoa zaman Han sekitar tahun
100 sebelum masehi (SM) yang didapatkan dikuburan-kuburan di Dongson. Anehnya,
disitu juga ditemukan nekara-nekara tiruan kecil, dari perunggu pula. Rupa-rupanya
nekara-nekara kecil itu diberikan kepada
orang yang meninggal sebagai bawaan ke akhirat. Tentu saja nekara tiruan itu
dibuatnya itu dibuatnya lama sesudah nekara betulan ada. Kalau nekara bekal
mayat itu sama umurnya dengan mata uang
zaman Han, bekal mayat juga; Maka
nekara harus sudah dibuat sebelum tahun 100 SM. Maka
menurut Von Heine, Pendapat ini
diperkuat lagi oleh hasil penyelidikan atas hiasan-hiasan nekara Dongson yang ternyata tidak ada persamaannnya
dengan hiasan-hiasan Cina pada zaman Han.
Seperti telah dikemukakan diatas,
kebudayaan Mesolitikum di negeri kita asalnya dari daerah Bacson Hoabihn. Akan
tetapi, disana tidak ditemukan flakes, sedangkan dari abris
sous roche banyak sekali flakes
itu. Demikian pula di Pulau Luzon (Fillipina) ditemukan flakes, sehingga dapat
diambil kesimpulan
bahwa kebudayaan flakes datangnya dari daratan asia melalui Jepang , Formusa
dan Fillipina. Hal ini diperkuat kenyataan bahwa di Sumatera Timur, Malaysia Barat dan Hindia
Belakang tidak juga ditemukan flakes. Maka rupanya di Jawa dan Sulawesi bertemulah dua macam aliran kebudayaan
Mesolitikum itu, yakni:
- Kebudayaan Bacson Hoabihn dengan Pebble dan alat-alatnya dari tulang yang datang melalui jalan Barat, dan
- . Kebudayaan flakes yang datangnya melalui jalan timur.Istilah Bacson-Hoabinh ini dipergunakan sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukkan suatu tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya. Daerah tempat penemuan dari peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan diseluruh Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat ke utara hingga provinsi-provinsi selatan. Ciri khas alat batu kebudayaan ini adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepiannya tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat, segitiga, dsb.Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah Sumatera (Lhokseumawe dan medan), Jawa (lembah Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi (Cabbenge) sampai ke Papua (Irian Jaya).
Kebudayaan Dong-Son
Tidak ada komentar:
Posting Komentar